Utang Maret Naik Tajam 3 Kali Lipat: Strategi Sri Mulyani Front Loading Jadi Penjelasannya

duwansaja , Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Merevealing pencapaian penyiapan dana untuk anggaran hingga akhir Maret 2025 yang telah mencapai Rp 250 triliun atau sekitar 40,6% dari total Rencana Penghasilan dan Belanja Negara (APBN). Penyediaan dana melalui hutang diketahui sudah mencapai jumlah Rp 270,4 triliun atau 34,8% dari APBN tersebut. Dana pinjaman ini mayoritas berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), dengan nilai capaian senilai Rp 282,6 triliun atau 44% dari keseluruhan APBN. Sementara itu, penyertaan dana bukan dari utang hanya menunjukkan hasil sebanyak Rp 20,4 triliun saja.
Sri Mulyani menyatakan ada kenaikan hutang. Akan tetapi, ia menegaskan bahwa hal itu merupakan bagian dari suatu strategi. front loading yakni dengan mengambil pinjaman berjumlah besar pada awal masa anggaran. Menurut Sri, langkah tersebut ditempuh untuk mempersiapkan diri terhadap keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dapat menyebabkan gangguan stabilitas pasar dunia. "Oleh karena itu jika kita melaksanakan front loading Bukan dikarenakan kurangnya dana, sebenarnya itu adalah sebuah taktik oleh mereka. issuance Untuk menanggulangi ketidakstabilan yang tentu akan menyebabkan kenaikan," kata Sri Mulyani saat menghadiri Sarasehan Ekonomi pada hari Selasa, tanggal 8 April 2025 di Jakarta, sebagaimana dilaporkan dari siaran YouTube Sekretariat Presiden.
Ekonom dari Institut Bright Awalil Rizky mencatat besarannya jumlah utang yang telah diambil oleh pemerintahan selama tiga bulan pembukaan tahun anggaran. Menurut Awalil, Menteri Keuangan perlu berkata jujur bahwa kementerian tersebut tengah menghadapi masalah aliran kas dan karena itu terpaksa meminjam uang lebih cepat daripada yang direncanakan.
Memang wajar bila ada kalanya pemerintahan menghadapi tantangan dalam hal aliran dana dan akhirnya harus meminjam lebih cepat dari biasanya. Akan tetapi, menyampaikan informasinya dengan nada pembelaan diri bahwa semuanya masih di jalurnya dan sesuai perencanaan tidaklah tepat," jelas Awalil saat berbicara dengan Tempo pada hari Kamis, tanggal 10 April 2025. Seperti pendapat Awalil, investor memiliki kemampuan untuk menafsirkan kondisi tersebut. Ancaman bagi pemerintah adalah mereka mungkin akan merasa kesulitan ketika ingin mencari pinjaman lagi di masa-masa datang.
Post a Comment