5 Kesalahan Keuangan yang Menghalangi Generasi Milenial untuk Menjadi Kaya
Millennials kerapkali dikenal sebagai generasi yang pandai teknologi serta memiliki pemikiran modern. Akan tetapi, dibalik hal tersebut, banyak di antara mereka malah tersandung pada masalah keuangan tradisional sehingga sulit untuk memperkaya diri. Sebenarnya, dengan pendapatan layak dan akses data yang luas, generasi ini harusnya dapat meraih kemerdekaan finansial dengan lebih mudah.
Gaya hidup boros, kurangnya persiapan dalam hal keuangan, serta ketidakpahaman mengenai investasi menjadi sejumlah hambatan. Ternyata, perilaku sederhana ini dapat memberikan dampak signifikan pada status finansial Anda di kemudian hari. Agar tidak selalu merasakan kondisi yang stagnan, mari kita bahas lima kesalahan keuangan umum yang kerap membuat generasi muda sulit untuk mencapai kesejahteraan, beserta dengan penyelesaiannya!
1. Pola hidup serba mengejar kesenangan di luar batas kemampuan finansial

Banyak orang dari generasi Milenial terperangkap dalam skema "pendapatan meningkat, pengeluaran juga bertambah". Begitu gajinya masuk, uangnya cepat sekali lenyap untuk membeli minuman modern, makan di restoran berkelas, atau mengganti perlengkapan. gadget terkini. Sebenarnya, cara hidup semacam itu tidak menghasilkan kekayaan, justru membuat kondisi finansial menjadi kurang stabil di tengah bulan.
Apa solusinya? Ciptakan daftar prioritas dan bagi pendapatanmu secara cerdas. Terapkan aturan 50-30-20, yaitu sebanyak 50% digunakan untuk memenuhi keperluan dasar, 30% untuk hiburan, sementara sisanya 20% dialokasikan untuk dana simpanan atau berinvestasi. Melalui cara ini, Generasi Milenial dapat terus menikmati hidup tanpa perlu risau tentang kondisi finansial mereka yang gelap dimasa mendatang.
2. Mengundurkan diri dari berinvestasi karena alasan "Masih kurang dana"

Banyak millenial menganggap bahwa investasi hanya untuk mereka yang sudah kaya. Mereka sering kali membelakangi hal ini dan berkata, “Nanti saja saat pendapatan saya bertambah.” Namun sebenarnya, makin lama ditunda maka akan makin hilang kesempatan mendapatkan lebih banyak laba. Waktu di pasar mengalahkan mencoba memprediksi pergerakan pasar!
Dimulai dari berinvestasi dalam jumlah kecil, contohnya melalui reksa dana ataupun saham. blue chip Dengan menggunakan dana sebesar Rp100 ribu setiap bulannya, para Milenial dapat memulai petualangan berinvestasi mereka. Yang terpenting adalah kekonsistenan dan pengendalian diri, tidak harus dimulai dari jumlah uang yang sangat banyak.
3. Beban terlalu berat dari pinjaman dan hutang untuk keperluan sehari-hari

Belum memiliki simpanan, tetapi telah banyak tanggungan angsuran, termasuk kartu kredit, pinjaman tanpa agunan, dan sebagainya. buy now pay later Utang jenis konsumsi semacam itu tidak meningkatkan harta benda; justru membuat masalah keuangan menjadi lebih berat. Tak sedikit dari generasi Milenial yang terperosok ke dalam jurang hutang akibat kesulitan mengenal perbedaan antara hal-hal yang dibutuhkan dan yang diinginkan.
Apa solusinya? Kaji ulang hutang Anda dan prioritaskan pelunasannya mulai dari yang bunganya tinggi. Hindari pula menggunakan kartu kredit atau pay later Untuk pembelian yang dilakukan secara impulsif. Jika terpaksa harus berhutang, pastikan itu digunakan untuk keperluan produktif, seperti sebagai Modal usaha atau biaya pendidikan.
4. Bergantung pada satu sumber pendapatan saja

Pada zaman modern ini, hanya bergantung pada pendapatan bulanan dari upah kerja saja tidaklah mencukupi. Terlebih lagi jika sewaktu-waktu terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) atau bisnis bangkrut, kondisi finansial dapat langsung kacau balau. Ironisnya, banyak generasi muda milenial masih merasa puas dengan posisi sebagai pekerja tetap dan jarang mempertimbangkan untuk memiliki sumber pemasukan tambahan.
Coba eksplor side hustle atau investasi yang dapat memberikan hasil passive income . Misalnya, bisnis online, jadi content creator , atau berinvestasi dalam bidang real estat. Melalui keragaman pendapatan ini, generasi muda dapat lebih siap menghadapi ketidakstabilan ekonomi di waktu yang akan datang.
5. Tidak memilikidana darurat atau asuransi

Banyak millenial mengabaikan pentingnya memiliki dana darurat karena merasa masih dalam kondisi bugar dan usia yang muda. Namun, kenyataannya adalah bahwa kehidupan dipenuhi dengan ketidaktentuan seperti penyakit tiba-tiba, insiden tidak menyenangkan, ataupun pengangguran. Tanpa adanya tabungan darurat ini, mereka akan dihadapkan pada situasi harus meminjam uang dari sumber lain atau menjual harta milik mereka sendiri untuk menyelesaikan masalah tersebut saat sedang ada dibawah tekanan.
Di samping itu, asuransi kerap kali dipandang sebagai biaya percuma. Namun sebenarnya, memiliki perlindungan seperti asuransi kesehatan ataupun jiwa dapat menjadi perisai ketika menghadapi keadaan tidak terduga. Sebaiknya para Millennials menyediakan tabungan darurat senilai 6 hingga 12 bulan pengeluaran serta cukupnya pertimbangan untuk mendapatkan polis asuransi yang tepat.
Kesalahan dalam pengelolaan keuangan kerap kali muncul akibat ketiadaan pendidikan serta perilaku negatif yang selalu dilanjutkan. Setelah mengetahui kelima kesalahan tersebut, generasi milenial dapat merombak situasi keuangannya dan melaju menuju kemerdekaan ekonomi. Tidak diperlukan transformasi besar-besaran, cukup dengan melakukan langkah-langkah sederhana, misalkan saja membayar hutang konsumsi secara bertahap ataupun membelakukan tabungan saham setiap bulan. Hal utama adalah tetap komitmen dan bersikap tegas pada diri sendiri. So, Jangan terus-menerus melakukan kesalahan, oke? Hidup memang begitu. enjoy, Tetapi masa depan juga perlu amannya.
Post a Comment